Rumahku, Bukan Tempat Untuk Pulang

Karya Tiara Endayani T. P. (7F)

Katanya “rumah adalah tempat untuk pulang” dan semua anak butuh rumah untuk ketenangan batin, mental, dan fisik mereka. Tapi sayangnya itu tidak berlaku untuk semua anak, justru rumah adalah gudang trauma bagi seorang anak.

Ada seorang anak yang harus menderita karena pertengkaran di dalam rumahnya dan harus mendengar suara keras setiap hari. Lalu ia bertanya pada dirinya sendiri “sampai kapan rumahku seperti ini terus Tuhan? Sampai kapan hidup ku seperti ini terus? Jika engkau tidak memberiku kebahagiaan maka ambillah nyawaku yang penuh dengan sampah ini, Tuhan… “.

Iri dengan anak yang lain, seperti keluarga harmonis, tidak ada pertengkaran atau trauma sedikitpun. Dia bertanya pada dirinya lagi “kapan aku mempunyai keluarga harmonis seperti orang lain? Tuhan, aku ingin punya keluarga harmonis layaknya orang lain…”.

Banyak sekali yang mengira bahwa hidupku tenang, tidak punya masalah, dan banyak yang mengira bahwa keluargaku baik-baik saja. Tapi semua itu salah. Aku mempunyai beban yang terlalu banyak dan keluargaku sudah hancur. Memang keluarga aku masih utuh tapi aku kehilangan sosok perannya.

Sesusah itu kah mendapatkan kasih sayang dari orang tua? Berapa yang harus aku bayar untuk mendapatkan kasih sayang dari orang tua? Ibu, Ayah, tolong… berikan kasih sayang kalian satu kali saja.. Aku ingin mendapatkan nya. Walaupun cuma satu kali itu sudah cukup membuat ku bahagia

One thought on “Rumahku, Bukan Tempat Untuk Pulang”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *