Neira

Karya Hanifah Cahaya Kholifah (9G)

Rasa takut masih ia genggam. Di tangannya keringat dingin terasa hangat. Hatinya begitu kecil nan rapuh. Tapi Ia selalu berusaha untuk menarik lemahnya, karena Ia tau sudah menjadi tugas nya untuk sembuh, Ia sulam senyum meleburkan yang pilu, demi menjadi aman tuk yang butuh.

Sosok perempuan itu bernama Neira, Ia adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Bagi Neira menjadi anak perempuan pertama adalah sebuah anugerah, meskipun terkadang Neira berkata dalam hati nya “kenapa harus aku yang menjadi anak pertama? ” Jawabannya, mungkin karena Allah percaya, I can handle it.

Pada saat Neira kecil, Ia sangat senang jalan-jalan keliling Bandung dengan orang tuanya. Neira sempat tinggal di kota Bandung sekitar 9 tahun yang lalu, sebelum Ia pindah ke kota kelahirannya. Kota Bandung bagi Neira banyak menyimpan kenangan, karena masa kecilnya Ia habiskan di sana.

Setelah 1 tahun, Neira pindah ke kota kelahirannya, Ia masih sering sekali merindukan suasana di kota Bandung, karena belum terbiasa dengan kota kelahirannya. Seperti kata Pidi Baiq ” Dan Bandung bagiku bukan hanya sekedar wilayah belaka, lebih jauh dari itu melibatkan perasaan yang bersamaku ketika sunyi”

Semakin Neira bertumbuh besar, banyak hal yang Ia takutkan dan khawatirkan, banyak rasa sedih, kecewa, kegagalan, dan air mata yang mengampiri, dan membuat Neira harus berdamai dengan dirinya. Terkadang Ia lupa dengan rasa syukur, Ia terlalu melihat yang di atas dan lupa untuk melihat ke bawah. Ia selalu merasa dirinya kurang, padahal tidak ada manusia yang benar-benar sempurna, semua yang ada dalam diri kita itu sudah pasti sepaket, ada kurang dan ada lebih, seperti adanya siang pasti akan ada malam.

Di saat inilah banyak masalah-masalah yang hadir dalam kehidupannya, mulai dari masalah dengan dirinya sendiri, teman, dan keluarga.

Masalah yang terjadi, terutama dalam keluarga telah berhasil membetuk dirinya menjadi manusia yang bisa bertahan dan belajar untuk lebih baik. Apalagi Neira adalah anak pertama, Ia memiliki tugas untuk memberikan contoh kepada adik-adik nya, Ia harus menjadi teman untuk adik-adiknya, dan mungkin terkadang Neira harus mengalah untuk adik-adiknya. Tetapi, bagi Neira adik-adiknya adalah pemantik semangatnya, ketika Ia sedang merasa menjadi manusia kecil nan rapuh, adik-adiknya lah yang menjadi penyemangat untuk Neira.

Merindukan masa kecil sangatlah wajar, Neira sering sekali merindukan masa kecilnya, karena bagi Neira pada saat kecil sangatlah menyenangkan, tidak banyak hal yang di pikirkan, berbeda pada saat Neira beranjak besar, banyak hal yang dipikirkan, akan tetapi banyak pelajaran yang bisa diambil, terutama tentang kehidupan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *